Pelajaran Berharga dari Kekalahan AC Milan dalam Laga Pramusim Kontra Arsenal
Laga pramusim antara AC Milan dan Arsenal yang berlangsung di Singapura berhasil menyita perhatian publik sepak bola. Meski berstatus pertandingan persahabatan, duel ini menjadi ajang uji coba serius bagi kedua tim jelang musim kompetisi 2025/2026. Arsenal keluar sebagai pemenang dengan skor tipis 1-0, namun pertandingan ini menyuguhkan sejumlah pelajaran penting bagi tim racikan Massimiliano Allegri.
Kondisi Skuad Milan: Belum Lengkap dan Kurang Ritme – Laga Pramusim
AC Milan tampil tanpa kekuatan penuh. Banyak pemain inti masih menjalani masa liburan atau belum bergabung dengan skuad. Hal ini membuat Allegri menurunkan sejumlah pemain muda dan cadangan yang masih mencari ritme permainan usai jeda musim. Alhasil, performa Rossoneri belum maksimal di hadapan publik Asia.
Lorenzo Torriani Mencuri Perhatian
Salah satu sorotan positif datang dari kiper muda Lorenzo Torriani. Ia tampil impresif setelah masuk di menit akhir, menggagalkan beberapa peluang emas dari Odegaard dan Nelson. Refleksnya juga menghalau sundulan Merino dengan gemilang.
Torriani bahkan sukses menepis tiga tendangan penalti dalam adu tos-tosan, menunjukkan ketenangan dan kemampuan membaca arah bola yang luar biasa. Penampilan ini memperkuat klaim bahwa ia layak mendapat kesempatan bermain lebih banyak di tim utama atau dipinjamkan demi pengembangan kariernya.
Lini Depan Macet, Minim Ancaman – Laga Pramusim
Salah satu masalah besar AC Milan dalam laga ini adalah tumpulnya lini serang. Tanpa striker murni, Milan mengandalkan kombinasi Rafael Leao dan Christian Pulisic di lini depan. Namun, duet ini belum memberi ancaman nyata. Serangan Milan cenderung bergantung pada aksi individu ketimbang pola permainan yang rapi.
Lorenzo Colombo, yang santer dikabarkan akan hengkang ke Genoa, hanya tampil singkat dan belum memberi kontribusi berarti. Noah Okafor juga belum menunjukkan performa menjanjikan sebagai ujung tombak. Minimnya peluang bersih membuat Allegri harus segera menemukan solusi untuk lini depannya.
Tomori dan Loftus-Cheek Tunjukkan Sinyal Kebangkitan
Di sisi lain, Fikayo Tomori tampil solid sebagai bek tengah. Ia melakukan tekel-tekel krusial dan menunjukkan konsentrasi tinggi sepanjang laga. Setelah sempat diterpa isu hengkang, penampilan ini menjadi sinyal bahwa Tomori siap menjadi pilar pertahanan di bawah komando Allegri.
Ruben Loftus-Cheek juga menunjukkan peningkatan performa signifikan. Tenaga dan kepercayaan dirinya di lini tengah terlihat lebih baik, membuka peluang untuk kembali merebut tempat utama di starting XI.
Evaluasi Taktik Allegri: Masih Butuh Adaptasi
Allegri mencoba menerapkan formasi 3-5-2 dengan beberapa penyesuaian. Sayangnya, minim kontribusi dari sektor sayap membuat Milan kesulitan menembus pertahanan Arsenal. Bartesaghi lebih defensif, sedangkan Saelemaekers gagal memberikan dampak di sisi serang.
Kurangnya variasi dalam membangun serangan membuat Milan tidak mampu memberi tekanan berarti. Namun, Allegri masih memiliki waktu untuk mengasah skema taktiknya seiring bergabungnya para pemain inti dalam beberapa pekan ke depan.
Kesimpulan: Jalan Masih Panjang, Harapan Masih Ada
Meski kalah, AC Milan mendapatkan banyak pelajaran dari laga ini. Kinerja pemain muda seperti Torriani, sinyal kebangkitan dari Tomori dan Loftus-Cheek, serta evaluasi lini depan bisa menjadi bekal penting dalam menyongsong musim baru. Dengan latihan intensif dan formasi yang lebih stabil, Milan masih punya potensi untuk tampil kompetitif di Serie A dan Eropa.